Apakah Fast Food dan Junk Food Berbeda?

Apakah Fast Food dan Junk Food Berbeda?

Fast food dan junk food sering kali dianggap serupa. Menurut Executive Chef Hotel Santika Mega City Bekasi, Agung Budiharto, kedua jenis makanan tersebut pada dasarnya adalah sama. “Definisi makanan cepat saji itu sebenarnya sama saja dengan junk food; junk food itu ya cepat saji,” jelas Agung kepada Kompas.com pada Selasa (19/10/2021).

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Lily Arsanti Lestari, seorang dosen di Program Studi S1 Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM. Lily menyatakan bahwa fast food dan junk food adalah jenis makanan yang identik. Istilah fast food lebih klik disini dikenal karena waktu penyajian yang singkat, sementara junk food lebih berfokus pada ketidakseimbangan kandungan gizi dari fast food. “Ini hanya istilah, karena pada umumnya kandungan gizi fast food itu tidak seimbang—tinggi kalori, tinggi lemak, dan rendah serat,” ungkap Lily kepada Kompas.com, Selasa (19/10/2021). “Bahkan mungkin ada yang tidak mengandung serat sama sekali, tinggi natrium, atau garam, sehingga komposisi gizinya tidak seimbang, itulah sebabnya disebut junk food,” tambahnya.

Pentingnya Memperhatikan Konsumsi Fast Food

Lily menjelaskan bahwa ada dua alasan mengapa fast food atau junk food tidak memenuhi kebutuhan gizi seseorang, yaitu berkaitan dengan komposisi dan metode pengolahannya. “Biasanya, jarang ada sayur dalam fast food. Seringkali hanya ada nasi atau kentang dan ayam, atau burger yang mungkin ditambah sedikit selada atau mentimun, tetapi kandungan gizinya tetap kurang seimbang,” kata Lily.

Selain itu, proses pengolahan yang sering kali melibatkan teknik penggorengan juga menjadi faktor mengapa fast food atau junk food kurang optimal dalam memenuhi gizi. “Sebagian besar makanan ini digoreng, sehingga minyak masuk ke dalamnya dan meningkatkan kadar lemaknya,” lanjutnya.

Namun, Lily menyatakan bahwa fast food atau junk food dapat tetap dikonsumsi dengan aman jika beberapa hal diperhatikan, seperti memilih tempat yang tepat untuk membeli makanan cepat saji. “Umumnya, perusahaan besar sudah menerapkan standar keamanan pangan. Jika kita melihat tampilan makanan di showcase yang hangat, itu salah satu cara untuk memastikan keamanannya,” ujar Lily.

Di samping itu, diperlukan batasan dalam konsumsi makanan cepat saji karena kandungan gizinya yang tidak seimbang. “Jadi, meskipun bisa dimakan, menjadi tidak sehat jika dikonsumsi setiap hari. Kebutuhan gizi kita harus seimbang, terutama di masa pandemi ini, di mana kita perlu banyak mengonsumsi sayur dan buah. Jika asupan hanya mengandalkan fast food atau junk food, itu tidak baik,” jelas Lily.

Lily merekomendasikan agar makanan cepat saji sebaiknya hanya dikonsumsi satu kali dalam satu atau dua minggu.