Apa yang hilang dalam kebijakan “Merdeka Belajar” Menteri Nadiem
Kebijakan “Merdeka Belajar” yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pada Desember lalu hanya berfokus pada sekolah.
Empat kebijakan yakni Ujian Standar Nasional Sekolah (USBN) yang dipercayakan ke sekolah, Ujian Nasional (UNS) yang rijbewijs-kopens.com dimodifikasi model evaluasi ijazahnya, penyederhanaan perencanaan pembelajaran, dan sistem zonasi penerimaan peserta didik baru yang fleksibel, semuanya bergantung pada sekolah.
Padahal, hasil belajar sangat dipengaruhi oleh keluarga, sekolah dan masyarakat, hal ini dirumuskan oleh bapak pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara sebagai tricenter pendidikan.
Dalam bidang pendidikan, pelaku utama dalam keluarga adalah orang tua, tokoh penting sekolah adalah guru, dan wakil khusus masyarakat adalah pemerintah (pusat dan daerah).
Pilot project sekolah keluarga di Bukittinggi dapat menjadi contoh bagaimana ketiga elemen tersebut bersinergi dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak dari lingkungan keluarga.
Di antara orang tua yang membina karakter di rumah, guru bertanggung jawab untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa. Pemerintah kemudian mengelola layanan pendidikan melalui berbagai kebijakan.
Tanpa penguatan ketiga pusat pendidikan secara simultan, sulit mengharapkan peningkatan kualitas dan karakter peserta didik secara signifikan.
Sekolah keluarga di Bukittinggi
Kini ada secercah harapan di Bukittinggi tentang bagaimana meningkatkan peran keluarga dalam pendidikan.
Awal Desember 2019, sebagai peneliti di Research for the Improvement of the Educational System in Indonesia (RISE), saya mengikuti focus group Discussion dengan beberapa orang tua siswa dari berbagai SD di Bukittinggi.
Mereka sepakat bahwa pusat pendidikan karakter adalah keluarga, sedangkan pusat pengajaran akademik (ilmu pengetahuan) adalah sekolah. Papan diskusi ini juga menawarkan dua gagasan. Pertama, perlu adanya wadah bagi siswa untuk menyadari pendidikan karakter yang diterimanya dalam keluarga melalui interaksi sosial di lingkungan sekolah (dan di masyarakat). Kedua, perlu memberikan ruang kepada anak untuk menerapkan ilmu dan keterampilan penalaran yang diperoleh di sekolah dalam kehidupan sehari-hari di keluarga (dan masyarakat).
Bertujuan untuk mempersiapkan generasi masa depan dengan dukungan para orang tua yang hebat, Pemerintah Kota Bukittinggi mencanangkan program Sekolah Keluarga mulai tahun 2018. Dalam dua tahun pertama pelaksanaannya, peserta Sekolah Keluarga sebagian besar adalah ibu-ibu. . Kedepannya, program ini juga akan menyasar para ayah dan remaja/remaja, laki-laki dan perempuan.
Mulai tahun 2020, akan dikembangkan sekolah keluarga di setiap kecamatan. Peserta di setiap kursus harus berkomitmen untuk menghadiri setidaknya 12 dari 16 pertemuan mingguan yang dijadwalkan. Beberapa dari mereka berpisah di jalan. Anak putus sekolah mempunyai kesempatan untuk bergabung dengan generasi berikutnya. Materi pendidikan tersebut memuat delapan fungsi keluarga yang berkaitan dengan tugas mengasuh dan membesarkan anak, yang dirinci dalam 20 materi pendidikan. Diantaranya, (1) pengenalan nilai-nilai agama dalam keluarga, (2) menjadi orang tua yang baik, (3) hak-hak anak, (4) komunikasi yang benar, baik dan menyenangkan, (5) keterlibatan dalam keluarga. di satuan pendidikan, (6) pengasuhan anak di era digital, dan (7) pendidikan seksual dan pubertas pada anak.
Guru home school merupakan PNS dari instansi pemerintah (vertikal dan daerah), akademisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan pengusaha. Mereka tidak digaji, kecuali guru tamu yang berasal dari luar Bukittinggi.