Tidak ada yang tahu persis apa masalah keluarga Tiko

Selama ini, kata Saihu, untuk kebutuhan sehari-hari Tiko menampung air hujan atau menenteng ember yang berisi air dari tetangga. Sementara, ibu Eny di rumah memasak menggunakan kayu bakar.

Rumah hampir disita
Tidak ada yang tahu persis apa masalah keluarga Tiko, tapi warga setempat mengatakan dulunya keluarga ini hidup makmur sampai ayahnya pergi meninggalkan rumah.

Keberadaan Tiko dan ibunya yang diperkirakan berusia 60 tahun terkuak ke publik setelah dua pembuat konten YouTube, Bang Brew TV dan Pratiwi Noviyanthi, membuat konten horor rumah kosong.

Kini rumah tersebut sudah dibersihkan warga, termasuk petugas kebersihan dari kelurahan. Listrik dan air dilaporkan mengalir lagi, berkat bantuan masyarakat.

Hal lain yang terungkap adalah slot pulsa member baru rumah yang ditempati Tiko dan Eny sempat akan disita, seperti dilaporkan seorang YouTuber, Bang Satria.

“Itu [peristiwa penyitaan] faktornya juga, kenapa mamanya Tiko selalu histeris kalau ada orang masuk. Karena pernah ingin dilelang, dan mamanya Tiko menilai orang yang masuk ini adalah orang yang mau merebut rumahnya,” kata pemilik saluran YouTube Bang Satria.

Respons trauma
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Profesor Heru Nugroho, menilai reaksi penolakan Ibu Eny terhadap orang dari luar, termasuk bantuan, sebagai “respons trauma”.

“Trauma karena ada [penyitaan], karena dia janda, tidak punya pendapatan, ekonominya lemah, merasakan powerless ketika berhadapan dengan kuasa-kuasa yang mau mengusir itu,” kata Profesor Heru kepada BBC News Indonesia, Jumat (06/01).

Selain itu, reaksi itu juga kemungkinan karena sudah merasakan tidak ada lagi perlindungan.

“Dia merasa tidak percaya lagi pada aparat, tidak percaya pada hukum dan keadilan di negeri ini, sehingga ketika dia menolak seperti itu, jangan-jangan bukan persoalan semata-mata gengsi,” lanjut Prof Heru.

Lalu fenomena yang viral ini, kata Prof. Heru, membuktikan solidaritas sosial “lebih cepat daripada policy negara dalam mengatasi problem sosial.”